Selasa, 06 Maret 2012

Tentang Peresmian Pendopo Karawitan dan 'School Heritage'

                Peresmian Pendopo Karawitan dan Pendopo Pinter yang telah lama ditunggu-tunggu Smalane akhirnya berlangsung hari ini (Selasa, 6 Maret 2012). Berlokasi di lapangan utara tempat dimana dua pendopo itu dibangun, pukul 9 tepat seluruh warga Smalane yang tidak sedang mengikuti ujian diwajibkan untuk menyaksikan peresmian ini. Karena terbatasnya tempat duduk, maka sebagian murid yang menonton terpaksa berdiri di belakang terop. Untungnya, cuaca saat itu sedang cerah dan berangin sehingga para penonton tidak merasa kepanasan.
                Pukul 9 lebih akhirnya tibalah tamu spesial yang diundang untuk menghadiri acara peresmian ini, yaitu Bapak Bambang D.H yang saat ini sedang menjabat sebagai wakil walikota Surabaya. Beliau tidak sendirian, melainkan didampingi oleh beberapa wakil dari Dinas Pendidikan Surabaya. Setelah semua tamu yang hadir duduk, Pak Latief selaku MC pun memandu acara ini dari awal hingga akhir.
                Sebagai pembuka, tim PSGS menyanyikan lagu Indonesia Raya dan para hadirin dipersilahkan berdiri. Setelah itu, disusul oleh lagu Break Break Break, kemudian lagu Yamko Rambe Yamko yang dibawakan secara semi-teatrikal. Tak pelak, setelah tim PSGS membungkuk tanda penampilan mereka selesai, para hadirin memberi tepuk tangan yang panjang dan meriah.
              Penampilan selanjutnya datang dari SS Karawitan yang saat itu juga langsung menggunakan pendopo baru mereka. Diselingi oleh sinden dari Astrid kelas XI-IS, kemudian pertunjukan utama datang dari SS Tari yang diiringi oleh SS Karawitan. Begitu indahnya tari tradisional yang dibawakan hingga para tamu dan penonton yang hadir berdecak kagum, meskipun penarinya hanya berjumlah empat orang.
                Selanjutnya adalah sambutan dari Bapak Suharyono yang baru saja diangkat menjadi pengawas di Dinas Pendidikan Surabaya dan tidak lagi menjabat sebagai Kepala Sekolah SMA Negeri 5. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Bapak Bambang D.H. dengan gayanya yang khas dengan candaan yang membuat para penonton sesekali tertawa. Di tengah-tengah sambutan, beliau juga menekankan tentang pentingnya keseimbangan antara ilmu dan agama. "Ilmu pengetahuan tanpa agama buta. Agama tanpa ilmu pengetahuan lumpuh", tegasnya. Puncaknya, wakil walikota Surabaya tersebut menandatangani prasasti tanda peresmian Pendopo Karawitan dan Pendopo Pinter, kemudian memotong pita berupa rangkaian bunga yang digantung di pintu masuk Pendopo Karawitan.
                Acara yang berlangsung selama hampir 2 jam tersebut akhirnya ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh Pak Dahlan, dengan harapan semoga pendopo-pendopo yang baru diresmikan ini mampu menunjang kegiatan para Smalane dan meningkatkan prestasi SMA Negeri 5. Setelah berdo’a, pemotongan tumpeng dilakukan dan murid-murid dipersilahkan kembali ke kelas, sedangkan guru-guru beserta tamu mengikuti acara ramah tamah di Pendopo Pintar.
Dengan resminya dua pendopo yang sangat krusial bagi penyelenggaraan kegiatan Smalane ini, tentu tak heran jika kita diharapkan mampu mewujudukan predikat ‘School Heritage’ alias Sekolah Kebudayaan yang didapat Smala saat ini. Tidakkah akan terasa ironis jika dengan adanya bantuan dari pemerintah berupa alat-alat musik baru dan pembangunan Pendopo Karawitan tapi dukungan untuk kegiatan kebudayaan di Smala saja masih sangat minim? Predikat Sekolah Kebudayaan sejatinya bukan emblem yang didapat dari berapa banyak atau seberapa mewah atribut bernuansa kebudayaan yang kita punya, melainkan mental untuk memajukan budaya itu sendiri yang dimiliki oleh tiap warga SMAN 5. (cay)