Sabtu, 26 April 2014

Hijaunya Hari Ceria Baru



Halo, Smalane! Ada yang baru dari Pekan Ceria kali ini. Kegiatan rutin yang biasa diadakan Smala di hari Jumat, kali ini diadakan di hari Selasa (22/04) lalu. Selasa Ceria ini sekaligus memperingati Hari Bumi. Maka dari itu, dibantu oleh Tim Tunas Hijau, Smalane memeriahkan Hari Bumi dengan berbagai kegiatan agar Smalane semakin memperhatikan lingkungan sekitar dan menjaganya.
                Seperti biasa, Selasa Ceria dimulai dengan senam pagi yang diikuti dengan Smalane yang semangat. Tapi, ada yang berbeda, senam pagi yang biasa dipimpin oleh Mbak Mas kelas 12, kali ini dipimpin oleh seorang instruktur. Walaupun begitu, Smalane tetap senam dengan ceria sambil diiringi oleh alunan lagu bertempo cepat. Sayang, beberapa Smalane mengeluh karena senam kali ini kurang seru dibandingkan dengan milik Mbak Mas. “Senamnya kurang asik, lebih asik kalau yang mimpin Mbak Mas.” keluh Safira Fauzi, X IPA 9.
Guru smala yang bersemangat senam (hns)


                Setelah membugarkan diri dengan senam, Smalane diberi waktu 30 menit untuk beristirahat sebelum melanjutkan acara selanjutnya. Kegiatan selanjutnya adalah bazaar di lapangan utara. Setelah 30 menit, Smalane tampak sibuk mendekorasi di masing-masing stan bazaar gen. Bazaar kali ini berbeda dari biasanya. Setiap gen menjual masing-masing dua jenis minuman dan makanan inovatif. Arspan contohnya, mereka mengambil tema picnic and flower garden yang didukung dengan dekorasi yang menarik. Beda dengan gen lain, mereka menggunakan tikar untuk lesehan sambil menawarkan makanan dan minuman yang mereka jual. Salah satu makanan yang dijual Arspan adalah nugget veggie, nugget yang dibuat dari sayuran. Di sebelah Arspan, ada Lasso yang menjual Frost Tea Jahe, Teh jahe yang diberi es krim diatasnya. “Ini minuman ada tehnya, jahenya, dan es krimnya. Keren kan!” bujuk Mbak Tantya dari 12 IPA 9 di stan gennya.
                Selain itu, setiap kelas wajib menyerahkan satu barang inovatif yang dibuat dari daur ulang. Barang-barang ini lalu dikumpulkan di depan pendopo yang kemudian dilelang. “Smalane bisa memanfaatkan barang bekas jadi sesuatu yang punya nilai guna tinggi. Salut deh!” kata Nadia Mutiasani, anggota ecopreneur dari X IPA 8. Dari pendopo sendiri, ada akustik bagi siapapun yang ingin bermain dan juga dimainkan beberapa lagu untuk mengiringi kegiatan bazaar.
Hasil recycle smalane (hns)
                Di sisi lain, beberapa Smalane ada yang berkumpul di aula atas untuk seminar. Seminar ini membahas mengenai Pemanasan Global. Seperti yang kita ketahui, Pemanasan Global disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah penebangan dan pembakaran hutan sebagai paru-paru dunia. Selain itu, asap yang ditimbulkan dari pembakaran hutan juga merupakan polusi yang berdampak buruk bagi dunia. Tidak hanya itu, asap kendaraan bermotor juga memperparah keadaan udara. Hal inilah yang menyebabkan es di kutub mencair dan air tersebut terserap ke tanah dan menambah ketinggian air laut.
                 Selain itu, seminar yang diadakan Tunas Hijau ini juga membahas pentingnya berhemat energi. Faktanya, masyarakat Indonesia masih terpaku oleh murahnya barang, bukan kualitasnya. Padahal, barang-barang yang murah harganya belum tentu hemat energi. Belum lagi, masyarakat terkadang belum sadar, bahwa energi-energi yang digunakan tersebut cenderung tidak dapat diperbarui, padahal sekarang ini persediaan energi di dunia mulai menipis. Nah, kita bisa mulai menghemat energi mulai dari hal-hal yang kecil. Contohnya, menggunakan lampu hemat energi, mematikan peralatan elektronik yang tidak terpakai, tidak menggunakan AC yang freonnya berbahaya untuk lapisan ozon dunia, dan menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan.
                Menurut Farhan Febry, salah satu perwakilan X IPA 9 yang mengikuti seminar, sekarang ini dampak dari Pemanasan Global lebih terasa dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu, “Hal ini dibuktikan dengan suhu bumi yang meningkat, es di kutub yang mulai cair, dan musim kemarau yang cenderung tidak tetap waktunya.”  Ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan menyebabkan boros energi. Sayang, menurut Farhan belum ada aktualisasi setelah diadakannya seminar. “Harusnya lebih persuasif lagi. Beberapa peserta aja ada yang kurang tertarik. Selain itu, juga bisa diadakan program. Bisa jadi reboisasi, daur ulang, pengolahan sampah, dan lain-lain.” sarannya.
                Semoga setelah diadakannya kegiatan dari Tunas Hijau ini, Smalane semakin peduli dan cinta kepada lingkungan. Lingkungan harus dijaga, jika tidak, kitalah yang akan terkena dampaknya. (dmn)