Jangan?
Manusia diciptakan
sebagai makhluk yang menjadi penentu segalanya. Penentu kehidupan, penentu
takdir, dan sebagainya. Dan ketika kita menjadi seorang penentu, kita diberi
pilihan. Pilihan untuk melakukan, dan untuk tidak melakukan. Banyak di antara
kita memilih untuk pilihan yang ke dua. Tidaklah salah, namun benarkah itu
pilihan yang tepat?
“Jangan”. Kata ini
sangat tidak asing di telinga kita karena seringlah diucapkan oleh orang-orang
di sekitar kita. Jangan seperti itu, jangan seperti ini. Perintah-perintah
seperti itu sering kita dengar, dan memang, ketika ada perintah seperti itu,
kita tidak akan melakukan hal yang dimaksudkan.
Konotasi dari jangan adalah untuk tidak melakukan. Jika
kita “tidak melakukan”, maka kita melenceng dari definisi manusia diciptakan.
Tiada kata yang dapat mengartikan arti “jangan” secara gamblang, karena setiap
sudut pandang mengartikannya sebagai suatu padanan kata yang memiliki definisi
berbeda-beda. Lalu, definisi manakah yang benar?
Mari kita kembali pada saat kita akan mengambil
keputusan. Ceritanya, kita sudah bangun tidur. Pada saat kita bangun tidur,
kita diberi dua pilihan: tidur lagi atau segera mandi. Ketika kita memilih
untuk tidur lagi, maka kita berkata jangan segera mandi. Jika kita memilih
untuk segera mandi, maka kita berkata jangan tidur lagi. Manakah yang tepat
disebut sebagai konotasi negatif?
Menurut KBBI sendiri, arti “jangan” adalah kata yang
menyatakan larangan. Ketika kalian melihat larangan, maka pikiran negatif pun
timbul. Namun, seperti yang sudah disebutkan, tidur lagi adalah hal negatif,
dan ketika kita meletakkan hal negatif pada hal negatif, maka hasilnya adalah
positif! Betul?
Seorang manusia pun berkata jangan tidaklah semudah
membalik telapak tangan. Jika kalian berkata jangan, maka kalian telah
memikirkan matang-matang mengapa kalian tidak akan melakukan hal itu. Karena,
jika tidak dipikir dengan matang-matang, mungkin dalam waktu singkat, kata
“jangan” berubah menjadi “lakukan”. Bisa saja, dan itu sering terjadi di lingkungan
kita ini.
Banyak orang yang cenderung berpikir pendek daripada
berpikir panjang untuk berkata jangan. Padahal, tidak setiap pantas untuk
“dijangankan”. Setiap hal pantas untuk dilakukan jika pada waktu yang tepat.
Ya, memang ada pengecualian untuk hal itu. Tapi, terus berkata jangan, apakah
hal itu baik untuk kita?
Seburuk-buruknya manusia yang buruk adalah ketika mereka
berkata jangan pada hal yang dapat membuat mereka maju. Setuju?
Mereka berkata jangan pada hal yang seharusnya memacu
mereka, dan ketika mereka berkata jangan, maka kualitas diri mereka akan
menurun. Dan jika itu terjadi, mereka akan menjadi seseorang yang pesimis, dan
akan berdampak pada frekuensi seberapa banyak mereka berkata jangan pada
hal-hal lainnya. Karena mereka pesimis.
Apa yang harus kita lakukan sebagai manusia yang didesain
oleh Tuhan sebagai makhluk yang dapat berpikir cerdas dan logis pada setiap
aspek yang ada? Tidak ada yang mengatakan kepada kita bahwa kita harus
melakukan hal yang benar, karena manusia tidak luput dari kesalahan. Namun
janganlah terlalu banyak menaruh negatif pada banyak hal. Siapa tahu, hal itu
menjadi sesuatu yang berharga bagi kita. Benar?
Hal ganjil di dunia ini adalah ketika kita tidak ingin
mencoba. Cobalah sesuatu, rasakan perbedaan yang ada. Selalu berkata jangan
bukanlah solusi dari pemusnahan polusi. Selalu berkata tidak bukanlah kebenaran
dari tebakan. Selalu menjauh bukanlah hal besar dari peristiwa kasar. Hargailah
semuanya, cobalah semuanya, rasakan semuanya!
Kita bukanlah manusia jika tidak berusaha mencoba.
Mencoba salah dan mencoba benar, keduanya sama-sama baik karena sama-sama
memberikan solusi. Bukalah sudut pandang lain dari setiap peristiwa, karena
belum tentu berkata jangan adalah hal yang berguna pula bagi kita maupun bagi
orang lain. Pahami dan nikmatilah setiap kesan berharga ketika kita salah
langkah. Karena kita tidak akan pernah mengenal benar jika tidak salah, bukan?