Halo, Smalane! Ada yang baru dari
Pekan Ceria kali ini. Kegiatan rutin yang biasa diadakan Smala di hari Jumat,
kali ini diadakan di hari Selasa (22/04) lalu. Selasa Ceria ini sekaligus
memperingati Hari Bumi. Maka dari itu, dibantu oleh Tim Tunas Hijau, Smalane
memeriahkan Hari Bumi dengan berbagai kegiatan agar Smalane semakin
memperhatikan lingkungan sekitar dan menjaganya.
Seperti
biasa, Selasa Ceria dimulai dengan senam pagi yang diikuti dengan Smalane yang
semangat. Tapi, ada yang berbeda, senam pagi yang biasa dipimpin oleh Mbak Mas
kelas 12, kali ini dipimpin oleh seorang instruktur. Walaupun begitu, Smalane
tetap senam dengan ceria sambil diiringi oleh alunan lagu bertempo cepat. Sayang,
beberapa Smalane mengeluh karena senam kali ini kurang seru dibandingkan dengan
milik Mbak Mas. “Senamnya kurang asik, lebih asik kalau yang mimpin Mbak Mas.” keluh
Safira Fauzi, X IPA 9.
Guru smala yang bersemangat senam (hns) |
Setelah
membugarkan diri dengan senam, Smalane diberi waktu 30 menit untuk beristirahat
sebelum melanjutkan acara selanjutnya. Kegiatan selanjutnya adalah bazaar di lapangan
utara. Setelah 30 menit, Smalane tampak sibuk mendekorasi di masing-masing stan
bazaar gen. Bazaar kali ini berbeda dari biasanya. Setiap gen menjual
masing-masing dua jenis minuman dan makanan inovatif. Arspan contohnya, mereka
mengambil tema picnic and flower garden
yang didukung dengan dekorasi yang menarik. Beda dengan gen lain, mereka
menggunakan tikar untuk lesehan sambil menawarkan makanan dan minuman yang
mereka jual. Salah satu makanan yang dijual Arspan adalah nugget veggie, nugget
yang dibuat dari sayuran. Di sebelah Arspan, ada Lasso yang menjual Frost Tea
Jahe, Teh jahe yang diberi es krim diatasnya. “Ini minuman ada tehnya, jahenya,
dan es krimnya. Keren kan!” bujuk Mbak Tantya dari 12 IPA 9 di stan gennya.
Selain
itu, setiap kelas wajib menyerahkan satu barang inovatif yang dibuat dari daur
ulang. Barang-barang ini lalu dikumpulkan di depan pendopo yang kemudian
dilelang. “Smalane bisa memanfaatkan barang bekas jadi sesuatu yang punya nilai
guna tinggi. Salut deh!” kata Nadia Mutiasani, anggota ecopreneur dari X IPA 8.
Dari pendopo sendiri, ada akustik bagi siapapun yang ingin bermain dan juga
dimainkan beberapa lagu untuk mengiringi kegiatan bazaar.
Hasil recycle smalane (hns) |
Di sisi
lain, beberapa Smalane ada yang berkumpul di aula atas untuk seminar. Seminar
ini membahas mengenai Pemanasan Global. Seperti yang kita ketahui, Pemanasan
Global disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah penebangan dan
pembakaran hutan sebagai paru-paru dunia. Selain itu, asap yang ditimbulkan
dari pembakaran hutan juga merupakan polusi yang berdampak buruk bagi dunia. Tidak
hanya itu, asap kendaraan bermotor juga memperparah keadaan udara. Hal inilah
yang menyebabkan es di kutub mencair dan air tersebut terserap ke tanah dan
menambah ketinggian air laut.
Selain itu, seminar yang diadakan Tunas Hijau ini
juga membahas pentingnya berhemat energi. Faktanya, masyarakat Indonesia masih
terpaku oleh murahnya barang, bukan kualitasnya. Padahal, barang-barang yang
murah harganya belum tentu hemat energi. Belum lagi, masyarakat terkadang belum
sadar, bahwa energi-energi yang digunakan tersebut cenderung tidak dapat
diperbarui, padahal sekarang ini persediaan energi di dunia mulai menipis. Nah, kita bisa mulai menghemat energi
mulai dari hal-hal yang kecil. Contohnya, menggunakan lampu hemat energi,
mematikan peralatan elektronik yang tidak terpakai, tidak menggunakan AC yang
freonnya berbahaya untuk lapisan ozon dunia, dan menggunakan barang-barang yang
ramah lingkungan.
Menurut
Farhan Febry, salah satu perwakilan X IPA 9 yang mengikuti seminar, sekarang
ini dampak dari Pemanasan Global lebih terasa dibandingkan dengan sepuluh tahun
yang lalu, “Hal ini dibuktikan dengan suhu bumi yang meningkat, es di kutub yang
mulai cair, dan musim kemarau yang cenderung tidak tetap waktunya.” Ketidaksadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga lingkungan menyebabkan boros energi. Sayang, menurut Farhan belum ada aktualisasi
setelah diadakannya seminar. “Harusnya lebih persuasif lagi. Beberapa peserta
aja ada yang kurang tertarik. Selain itu, juga bisa diadakan program. Bisa jadi
reboisasi, daur ulang, pengolahan sampah, dan lain-lain.” sarannya.
Semoga
setelah diadakannya kegiatan dari Tunas Hijau ini, Smalane semakin peduli dan
cinta kepada lingkungan. Lingkungan harus dijaga, jika tidak, kitalah yang akan
terkena dampaknya. (dmn)