SEMANGAT: Tim FFW saat melakukan toss
Tim
Joer-V pun berhasil mewawancarai salah satu pemain tim putri, yakni Kartika
Wensdi Renantriandani dari kelas X-9. Dari sinilah kita bisa mengetahui dan mengagumi bahwa tim putri Smala yang akrab disapa Five Fight Win (FFW) ini
memiliki semangat, motivasi, dan kerjasama tim yang luar biasa.
Diakui
Tika, sapaan akrab Kartika, FFW melalui serangkaian persiapan fisik maupun
spiritual yang tidaklah mudah. “Dulu kita seminggu latihan dua kali, terus
semakin mendekati DBL latihannya jadi tiga kali seminggu,” jelasnya. “Terus, ada juga Training Camp. Kami
di-camp selama empat hari.
Selain mempersiapkan skill seperti fisik dan lain-lain,
juga ada pendekatan sama tim.
Kita diberi materi-materi supaya lebih deket,
lebih nyatu, lebih dapet feel satu sama lain. Kita sharing-sharing antara tim cewek, cowok, sama official,” lanjutnya.
Tidak
hanya itu, FFW juga menambah intensitas ibadah dengan melaksanakan Sholat
Sunnah Tahajud. Mereka rutin membangunkan rekan sesama tim secara
bergantian. “Caranya, tiap anak menelepon anak yang nomor jersey-nya satu tingkat di atasnya,
dibangunin di telepon terus sampai bisa Tahajud. Kalo nggak bisa, ya lompat ke nomor berikutnya.
Terus lanjut sampai nomor terakhir,
salur-saluran gitu,” ujar pemain
bernomor jersey 14 ini.
Sudah
sekian banyak rangkaian program FFW untuk mencapai target, dibarengi usaha sekuat tenaga dan berdoa. Lantas, bagaimana perasaan mereka saat
menghadapi kenyataan bahwa mereka harus berakhir di babak Sweet Sixteen? Tika dengan
panjang lebar menceritakan semuanya. “Ya, pertamanya kurang bisa ikhlas nerima kalau kita kalah, sampai ada yang
menangis juga. Tapi yang lain juga saling nguatin,”
ungkapnya. Tika juga menyadari bahwa masih banyak yang harus mereka benahi,
termasuk teknik bermainnya sendiri. “Aku ngerasa permainan lawan Gloria di Sixteen kemarin itu bukan usaha maksimal yang
kita keluarin. Kita masih
bisa lebih hebat dari itu. Kita kemarin kurang berani. Ada yang beda gitu. Aku juga merasa bersalah
sama tim, aku punya peluang poin banyak tapi aku nggak bisa manfaatin maksimal. Aku juga kurang tenang buat finishing,” akunya.
KOMPAK: Kebersamaan tim FFW
Target
mereka adalah berada di Big
Eight, dan mereka kehilangan
satu langkah lagi untuk meraihnya. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat FFW.
Mereka saling menguatkan satu sama lain, walaupun awalnya terasa perih saat
kalah berlaga dengan Gloria. “Tapi sekarang udah mulai bisa nerima, kok. Sekarang udah melihat masa depan, nggak melihat yang lalu lagi. Pengalaman
yang lama dilihat kalau latihan nanti aja supaya bisa dapat gambaran buat tahun
depan jadi yang lebih baik,” pungkas Tika.
Smalane,
apa yang kita baca barusan adalah sebuah refleksi yang mungkin jarang kita
lakukan. Meskipun perjuangan kita sudah maksimal, bisa saja kita menghadapi
kegagalan. Dan di saat gagal, mungkin kita hanya bisa mengeluh dan terpuruk
tanpa melihat ke depan, serta jarang melakukan introspeksi terhadap apa yang
kita lakukan. Kita malah mencari kambing hitam dengan menyalahkan waktu,
tempat, keadaan, dan bahkan orang lain, bukannya diri sendiri. Saatnya belajar
dari FFW, tentang cara mereka berusaha keras, tetap berdoa dan menyerahkan
semua kepada-Nya, saling menguatkan antar anggota tim, tidak menyalahkan
keadaan, menerima kekalahan dengan lapang dada, dan menjadikannya pengalaman
berharga serta motivasi untuk terus maju.
Berusahalah
untuk bangkit di saat kita jatuh dan evaluasi diri sendiri, batu sandungan
apakah yang sudah menggagalkan kita kali ini. Sukses itu bisa diraih meskipun
kita pernah gagal. Bisakah kalian meneladani FFW, Smalane? (ram/dia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar