Selasa, 12 Maret 2013

Diperkirakan 2025 Air Krisis Jadi Teman Rakyat Pribumi

         Air merupakan salah satu unsur vital bagi kehidupan manusia. Dari kelimpahan air di dunia, hanya lima persen saja yang layak dikonsumsi sebagai air bersih dan sisanya merupakan air laut dan air yang dimanfaatkan manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Namun krisis air bersih melanda Indonesia, padahal Indonesia merupakan negara yang kaya. Indonesia memiliki enam persen persediaan air dunia, atau sekitar 21% dari persediaan air Asia Pasifik, namun pada kenyataannya, dari tahun ke tahun, Indonesia selalu mengalami krisis air bersih.
         Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang melaju cukup signifikan  tidak diimbangi dengan daya dukung sumber daya alam. Berbagai masalah yang timbul seperti seperti masalah yang timbul dari terjadinya krisis air jika dilihat dari faktor perubahan iklim hingga kerusakan lingkungan yang langsung berimbas dampaknya bagi ekosistem tertentu. Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementrian Dalam Negeri, Diah Anggaraeni, dalam rapat pengelolaan lingkungan hidup daerah wilayah barat Indonesia di Hotel Kapuas Palace, Pontianak, pada Kamis lalu (7/3).
“Di beberapa negara, karena minimnya lahan pertanian dan sedikitnya pangan, pada 2025 diperkirakan akan terjadi krisis air, karena sulit didapat air bersih untuk minum. Perubahan iklim yang ekstrem akan mulai terasa akibat ketidaksimbangan lingkungan,” kata Diah.
         Indikasi krisis air bersih dapat dilihat dari kondisi air yang digambarkan berdasarkan kualitas air dan ketersediaan atau volume air yang terdapat di Indonesia yang berkaitan dengan seberapa anyak air yang dapat dimanfaatkan dibandingkan dengan kebutuhannya. Sedangkan kondisi air berkaitan dengan kelayakan pemanfaatan air untuk berbagai kebutuhan. Kualitas air juga berkaitan dengan volume dan daya pulih air untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu. Dan kelayakan air di Indonesia, terutama sebagai air minum, sangat memprihatinkan.
         Potensi ketersediaan air bersih di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15-35% per kapita per tahun. Padahal di lain pihak, kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial. Pertumbuhan penduduk juga berpengaruh pada kebutuhan air bersih yang tersedia.
“Semakin bertambahnya tahun, jumlah air bersih di Indonesia semakin berkurang. Mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah semakin banyaknya pencemaran yang terjadi dan mungkin lahan untuk pembangunan juga berpengaruh. Dulu orang bisa langsung minum dari sungai, sekarang tak semua air dari sungai layak minum. Sekarang air bersih mungkin cuma dari PDAM,” kata Yayan kelas 11 IPA 8 SMAN 5 Surabaya.
         Diah mengatakan, di era desentralisasi dan otonomu daerah sekarang ini, masalah lingkungan hidup telah diamanatkan dalam UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 13 dan 14. Ketentuan itu menegaskan bahwa pengendalian lingkungan hidup merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi, dan kebupaten/kota.
“Kami semua melakukan pembangunan. Bahkan pembangunan dilakukan oleh dunia. Dan, selama ini pembangunan memang nyata untuk lingkungan,” tuturnya.
         “Di satu sisi, dalam melakukan pembangunan memang harus ramah lingkungan. Pembangunan itu harus sesuai dengan undang-undang. Hal ini tentunya menjadi tantangan kami semua. Pembangunan itu merupakan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tuturnya kembali.
         Menurut Yayan, solusinya yang pasti adalah dengan memimalisir pencemaran. Yang pertama dengan tidak membuang sampah sembarangan terutama di daerah aliran sungai (DAS), kedua yaitu dengan melakukan lebih banyak daur ulang pada sampah plastik, ketiga dengan membersihkan saluran air atau got dan menyaring pembuangan limbah rumah tangga, keempat dengan menanam banyak pohon karena tanaman berpengaruh banyak untuk mengurangi pencemaran air, dan semua itu membutuhkan kesadaran diri masing-masing individu di Indonesia. (aza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar