Munculnya
Budaya Literasi di Smala, berawal dari kurangnya minat membaca karya sastra di
kalangan pelajar. Hal mendasar itulah, yang menjadikan suatu alasan para guru
dan staf Smala untuk mengadakan program literasi. Karena tanpa membaca,
pendidikan di negara ini tidak akan berjalan sesuai cita-cita reformasi.
Program Budaya Literasi ini,
bertujuan untuk meningkatkan minat baca, khusunya kalangan pelajar dan juga meningkatkan
nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia yang sulit bagi siswa untuk mendapatkan
nilai sempurna yakni, 10,00. Karena, pada Ujian Nasional Bahasa Indonesia
banyak menggunakan soal-soal bacaan seperti, cerita sastra, puisi, berita, dan
lain-lain. Sehingga, siswa harus benar-benar mengerti dan memahami bacaan tersebut sebelum menjawab soal yang tersedia
dengan benar dan tepat.
Teknik pelaksanaan program
Budaya Literasi ini, dimulai dari jam ke-0 yakni, 06.30-06.45. Setelah membaca
novel, siswa diwajibkan untuk menulis resume dan ditanda tangani oleh guru
pengajar di jam pelajaran pertama. Barulah, pelajaran utama dimulai.
Program literasi ini banyak
mendapatkan tanggapan positif dari Smalane. Karena di dalam Budaya Literasi
ini, tidak hanya sebatas membaca dan menulis resume. Tetapi juga, Smalane yang
giat dalam membaca karya sastra atau novel dan membuat resume yang telah
dibaca, akan mendapat penghargaan dari pihak sekolah. Salah satu, Smalane yang
mendapat juara 2 dalam banyaknya jumlah buku yang dibaca satu bulan terakhir adalah
Imelda X-8, ”Literasi adalah program baru dari Kepala Sekolah Smala yang dapat
menambah wawasan dan pengalaman siswanya melalui kegiatan membaca. Literasi
secara tidak langsung menambah perbendaharaan kosakata para siswa.” Jelasnya.
Namun, terdapat salah satu Smalane yang berpendapat lain,
mengenai Budaya Literasi. Yakni, Dea X-8,”Sebenarnya, program literasi ini sangat baik untuk
pelajar terutama Smalane sendiri. Namun, yang jadi permasalahan barunya adalah
kita dituntut untuk terus membaca novel selama 15 menit, yang dapat menimbulkan
kecanduan untuk membaca novel tersebut terus-menerus. Sehingga, waktu belajar
pun terganggu.” Ungkapnya.
Meskipun banyaknya tanggapan dan
komentar Smalane tentang budaya literasi, program literasi merupakan program
yang telah dicanangkan oleh pihak sekolah
yang harus ditaati oleh pelajar. Namun, ada baiknya juga apabila sekolah
juga mempertimbangkan aspirasi-apsirasi dari siswa-siswinya. Agar menimbulkan
kesinambungan mengenai pemikiran siswa dan pihak sekolah.(ddy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar