Peristiwa
meletusnya Gunung Kelud sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Gunung yang berlokasi di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar,
dan Kabupaten Malang ini kembali meletus pada Kamis (13/2) pukul 22.49 WIB. Dampak dari bencana ini
juga dirasakan oleh beberapa kota lain, salah satunya adalah Surabaya. Sejak
dini hari, hujan abu turun di Kota Surabaya dan sekitarnya. Hal ini menyebabkan debu berterbangan dan kabut tipis yang menyelimuti Kota
Surabaya. “Tadi waktu baru bangun tidur, aku juga kaget. Jarang Surabaya
cuacanya gini. Malah awalnya aku kira ini hujan salju. Eh ternyata hujan abu.”
komentar Purinda Gita, X IPA 9, saat ditanya mengenai hujan abu di Surabaya.
Di jalanan, tampak beberapa pengendara sepeda motor
menggunakan masker untuk melindungi hidung dari abu yang berterbangan. Beberapa polisi pun membagikan masker gratis
untuk pengguna jalan di beberapa pemberhentian. “Hari ini aku berangkat naik
sepeda motor. Karna digonceng, aku gak bawa masker. Taunya di jalan ada yang
ngasih masker gratis.” kata Agassi Fathurisma, X IPA 9. Selain udara yang tidak
sehat, hujan abu juga menyebabkan kabut tipis, sehingga terbatasnya jarak
pandang bagi para pengguna jalan. Oleh karena itu, dihimbau bagi pengguna jalan
agar mengurangi kecepatan dan meningkatkan kewaspadaan dalam berkendara.
Hujan abu mengakibatkan kendaraan
berdebu (hads)
SMA Negeri 5
Surabaya juga terkena dampak dari hujan abu. Sejak pagi, lingkungan Smala
terlihat lebih kotor dari biasanya akibat debu dari hujan abu. Beberapa Smalane juga terlihat menggunakan
masker. Menurut Alfredo Surya Pradana, salah satu siswa kelas X IPA 7, hujan
abu membuat perjalanannya terganggu. Siswa yang bertempat tinggal di
daerah Wiyung ini menggunakan jaket dan masker selama di perjalanan untuk melindungi
diri dari hujan abu. "Lihat saja jaket sama tas jadi berubah warna gara-gara hujan
abu", ujar Alfredo sambil menunjukan jaket dan tasnya yang berdebu.
Smala yang terlihat berdebu
akibat hujan abu hari Jumat (14/2)
Turunnya hujan
abu di Kota Surabaya juga mempengaruhi aktivitas
pembelajaran di SMA Negeri 5 Surabaya. "Pelajaran olahraga di lapangan jadi tidak bisa
dilaksanakan karena hujan abu, terpaksa pembelajaran dialihkan di aula atas,
ada juga yang di kelas masing-masing", ujar Bapak Sukirin Wikanto, selaku
guru olahraga SMA Negeri 5 Surabaya. Smalane juga dihimbau untuk menggunakan
masker selama di sekolah karena udara yang tidak baik untuk kesehatan. "Kalau tidak terlalu
penting, sebaiknya di dalam kelas saja", tambah Bapak Sukirin.
Lapangan tengah Smala yang
tertutup debu dari hujan abu (hads)
Selain itu, tampak pula pemandangan yang berbeda di gerbang
masuk SMA Negeri 5 Surabaya. Pak Danun, selaku satpam SMA Negeri 5 Surabaya harus menggunakan masker
saat bertugas. Beliau mengaku bahwa hujan abu menganggu pekerjaannya.
"daripada sakit lebih baik pakai masker saja, tadi saya juga membagikan
beberapa masker untuk murid-murid disini", ujar Pak Danun.
Pak Danun yang sedang bertugas
sambil memakai masker (hads)
Siswa-siswi SMA Negeri 5 Surabaya pun akhirnya harus
dipulangkan lebih cepat dari biasanya karena himbauan dari Dinas Pendidikan
Kota Surabaya demi keamanan dan keselamatan karena adanya kabar bahwa Gunung Kelud akan meletus
kembali. Semua kegiatan lain di luar pembelajaran juga
dibatalkan karena adanya larangan dari pihak sekolah untuk melaksanakan
kegiatan di lingkungan SMA Negeri 5 Surabaya.
Sebenarnya, selain Gunung Kelud, juga ada beberapa gunung di Pulau Jawa yang
diperkirakan akan meletus dalam waktu dekat. Oleh karena itu, diharapkan
Smalane agar meningkatkan kewaspadaan dan menjaga kesehatan. (kal/dmn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar