“ Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Ku akan selalu menjagamu “
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Merah putih teruslah kau berkibar
Ku akan selalu menjagamu “
Pernahkah kalian meresapi kata demi kata lagu tersebut?
Meresapi setiap makna yang coba dituturkan lewat sebuah nyanyian. Mungkin bagi sebagian orang
sang saka merah putih hanyalah bendera yang mereka hormati setiap upacara,
namun adakah terbesit dalam pikiran apa yang sebenarnya ada dibalik benda yang
kita hormati tersebut?
67 tahun sudah Indonesia mengibarkan Sang Dwi Warna yang merupakan lambang pengorbanan para pejuang bangsa yang berusaha dengan gigih, saling bahu membahu dan tak pernah menyerah merebut tanah Ibu Pertiwi dari para penjajah. Kini hanya ada sisa sisa pengorbanan dan semangat yang coba dikobarkan kembali agar bangsa ini masih memiliki harga diri. Apakah yang kita hormati setiap pagi itu? Sebuah kain yang berwarna merah dan putih dikibarkan dengan iringan lagu indah nan syahdu yang membuat orang yang masih memiliki rasa cinta meneteskan air mata. Masih adakah rasa cinta dalam setiap insan yang hidup di tanah Ibu Pertiwi ini? Masih sanggupkah para pemuda berjuang gigih untuk Indonesia ke depan? Bukan penjajah yang kejih dan suka menyiksa yang akan mereka hadapi, namun penjajah yang membuat mereka terlena dan lengah, penjajah yang membuat mereka tak dapat berbuat bahkan berkata apapun dan penjajah yang menjajah diri mereka sendiri.Kini Ibu mulai lengah. Lelah dan letih bersusah payah memperjuangkan sang Dwi Warna. Ada yang pergi dan ada yang datang. Kini telah datang pejuang baru, pejuang yang dengan semangat barunya harus berusaha lebih keras dari sebelumnya. Rasa cinta pada tanah surga yang indah ini dapat mengalahkan ketakutan demi ketakutan tentang apa yang akan kita hadapi pada hari esok. Bukan hanya masalah tanah yang direbut ataupun masalah rakyat yang ditindas, namun kini masalahnya untuk mengobarakan rasa cinta yang dulu para pejuang hembuskan disetiap hembusan nafasnya pada setiap pejuang baru yang akan berjuang di masa depan.
Hai para pemuda, masihkah kau akan tetap lengah dan tak berdaya bahkan acuh dengan bangsamu ini? Maukah kau mengubah dan maukah kau melangkah sedikit lebih jauh dari biasanya? atau kau akan meninggalkan tanah yang telah memberimu sedikit kehidupan dengan airnya, udara yang kau hirup dan kekayaan alam yang kau gunakan setiap hari?. Tuhan telah menciptakan tanah ini untuk kau perjuangkan dan kau rawat, bukan untuk kau rusak bahkan kau buang. Pikirkan kembali dan coba rasakan hembusan angin saat Sang Dwi Warna berada ditiang tertinggi di bangsa Indonesiamu ini. (la)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar