Smalane
suci dalam pikiran
Smalane
benar jika berkata
Smalane
tepat dalam tindakan
Smalane
dapat dipercaya
Ini dia mars
smalane, sebuah lagu yang sarat akan makna, sekali lagu ini diperdengarkan
pasti akan selalu teringat dalam pikiran dan selalu ingin menyanyikannya. Ada
yang bingung ngapain sih tulisan ini intro-nya mars Smalane padahal dari
judulnya saja kalian tau apa yang akan kita bahas. Yap, kita bakal membahas
tentang peraturan sekolah yang pada hari Senin (21/01) mulai diperketat dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh Smalane. Masalah intro-nya, dari mars itu terkandung makna disiplin dalam Smalane
yang harus selalu diterapkan.
Pemanasan
untuk perketatan peraturan sekolah ini sudah sejak hari Kamis (17/01).
Peraturan yang paling mencolok ialah keterlambatan. Mulai hari Kamis (17/01)
pintu gerbang akan ditutup jam 06.30. Biasanya Smalane diberi kelonggaran 5
menit sampai 10 menit, tetapi pada tanggal tersebut (17/01) hal itu dicabut. Semua
harus tepat waktu dan Smalane harus membiasakannya.
Pada hari H
(21/01) peraturan sekolah mulai diperketat yang dimulai dengan keterlambatan,
terjadilah sebuah fenomena yang sulit diukir dengan kata-kata. Upacara
akan segera dimulai. Peserta upacara pun berkumpul di lapangan utara Smala.
Sebelum mencapai lapangan utara sebagian peserta upacara pasti melewati teras
depan Smala dan dapat terlihat jelas di depan gerbang Smala yang dipenuhi
dengan Smalane yang terlambat. Upacara berjalan seperti biasa. Setelah upacara
berakhir, para peserta upacara melakukan KBM dan tugas sekolah yang lain, Smalane yang terlambat digiring masuk ke lapangan utara. Jumlahnya cukup banyak
dan tak disangka peraturan sekolah bekerja dengan serius dan tegas. Satu nilai
tambah untuk peraturan Smala.
“Masalah
keterlambatan ya, sebenarnya kalau peraturan tentang keterlambatan itu positif
tetapi peraturannya juga harus benar-benar adil misalnya kalau bu Widi telat ya jangan dibiarin aja. Masalah yang makan di kelas, menurutku ada positifnya
dan ada negatifnya. Positifnya ialah menjaga kebersihan kelas. Negatifnya, jika
gak makan di kelas, kita makan
dimana? Kantin tidak mampu memuat 1000 orang Smalane,” tutur Nadya Larasati
kelas X-1.
“Nggak masalah peraturan sekolah
diperketat selama itu untuk kedisiplinan. Peraturan boleh bagus tetapi
eksekusinya tetap harus konsisten dan menyeluruh. Dampak secara global belum
terlalu terlihat. Dampak yang jelas terlihat ialah yang terlambat menjadi
berkurang,” tutur Jihaniar Mahiranisa kelas XI IPS.
“Aku nggak setuju peraturan sekolah
diperketat, karena merasa nggak enak
dan terlalu dikekang. Dampak untuk Smalane, mereka akan merasa nggak nyaman sekolah dengan banyak
peraturan. Peraturan terlalu banyak tetapi pengawasannya kurang intensif dan
berakibat banyaknya Smalane yang melanggar peraturan itu. Saat hal itu terjadi
tak ada yang menegur ataupun mencatat di buku P4D. Kesannya peraturan itu hanya
dibuat untuk formalitas,“ tutur Aldo Lesmana
M.P. kelas X-5. “Kalo masalah keterlambatan, aku setuju. Karena juga membuat
siswa disiplin. Akan tetapi, peran guru selain sebagai pengajar, juga sebagai
panutan. Jika guru sendiri banyak yang terlambat, untuk apa dibuat peraturan
untuk siswa jika gurunya tidak bisa mencontohkan? Masalah makan di kelas, aku
tidak setuju, karena ada beberapa siswa yang malas ke kantin dengan berbagai
alasan seperti terlalu ramai dan tidak kebagian tempat. Selain itu kantin yang
sempit dan jauhnya jarak ke kantin menjadi faktor siswa makan di kelas. Memang peraturan
itu baik untuk mencegah kelas kotor, akan tetapi tidak efektif dan membuat
siswa tidak nyaman,” imbuhnya saat ditanya tentang peraturan
keterlambatan dan makan di kantin.
Persoalan klasik
terjadi kembali. Ada peraturan tanpa ada partisipasi menyeluruh dari seluruh
smalane. Ini hal yang harus dipertegas karena peraturan smala berlaku bukan
hanya untuk murid saja tetapi juga untuk seluruh Smalane. Segala sesuatu pasti
punya sisi positif dan negatifnya. Jalan yang terbaik ialah kita harus melihat
secara global bukan dari satu sisi tetapi dari berbagai sisi yang lain. (aid)(cay)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar