Di era globalisasi seperti
sekarang ini, berbagai penemuan dan penyempurnaan teknologi mengalami
perkembangan yang signifikan. Pengembangan dan penyempurnaan teknologi ini,
didasari oleh kebutuhan manusia yang meningkat. Untuk menyeimbangi hal
tersebut, para produsen meningkatkan produktivitas kerja. Yaitu, dengan
mengembangkan teknologi atau mesin produksi yang digunakan untuk mempercepat
dan meningkatkan kapasitas produksi. Akan tetapi, beberapa pabrik industri
sering mengesampingkan faktor lingkungan. Seperti, pembuangan limbah industri
yang tidak diolah terlebih dahulu dan polusi asap pabrik yang menimbulkan
pencemaran udara. Dari hal inilah, kerusakan lingkungan mulai timbul.
Permasalahan tersebutlah, yang
mendasari pemerintah untuk berupaya mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Siswa-siswi sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa diharapkan mampu
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Sehingga, pemerintah mempersiapkan
pembelajaran lingkungan hidup sejak dini pada siswa. Yakni, dengan memasukkan
pelajaran lingkungan hidup (PLH) pada kurikulum pembelajaran. Tidak hanya sebatas teori-teori tentang
lingkungan hidup. Tetapi juga, melalui praktek, bagaimana cara melestarikan
kembali lingkungan yang kita singgahi ini.
Seperti halnya, Smala yang
banyak membuat berbagai kegiatan dan ide kreatif mengenai pelestarian lingkungan. Sehingga, Smala
ditunjuk sebagai salah satu perwakilan SMA Negeri di Surabaya dalam perlombaan
Sekolah Adiwiyata.
Kegiatan yang pertama ialah, dalam pembelajaran PLH murid-murid Smala yang akrab dipanggil Smalane, mempelajari berbagai teori mengenai lingkungan hidup. Tak hanya itu, Smalane juga mempraktekkan pembuatan produk yang berbahan dasar dari barang yang tak terpakai ataupun dari sampah, yang sering disebut oleh masyarakat sebagai kegiatan recycle. Barang-barang recycle tersebut, tak hanya digunakan sebagai penilaian pelajaran lingkungan hidup ataupun hiasan-hiasan untuk memperindah kelas. Tetapi juga, beberapa dari produk tersebut dijual agar mendapat suatu keuntungan. Sehingga, barang tersebut memiliki nilai jual. Yang kedua, yakni, pembangunan rumah jamur yang ditempatkan di Bak Pasir Smala. Pembuatan rumah jamur ini, dinilai sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan profit bagi sekolah. Dan juga, jamur yang sudah masak, dapat dinikmati oleh seluruh warga sekolah. Kegiatan yang terakhir, yakni, lomba kebersihan kelas. Terdapat dua kategori dalam perlombaan ini yaitu, kelas terbersih dan kelas terkotor. Sebelum setiap kelas dinilai oleh para juri. Smalane melakukan kerja bakti untuk membersihkan kelas masing-masing pada hari Jumat (15/02) di jam pelajaran ke-1 dan ke-2. Setelah itu, juri akan masuk ke kelas-kelas dan melakukan penilaian. Setelah proses penilaian, kelas XII-IPA 3 keluar sebagai juara pertama dalam kategori kelas terbersih dan kelas XI-IPA 2 keluar sebagai juara pertama dalam kategori kelas terkotor. Hasil dari perlombaan ini akan terus berubah setiap bulannya. Karena, setiap kelas akan dipantau lagi kebersihannya. Sehingga, dapat memunculkan juara-juara baru setiap bulannya.
Kegiatan yang pertama ialah, dalam pembelajaran PLH murid-murid Smala yang akrab dipanggil Smalane, mempelajari berbagai teori mengenai lingkungan hidup. Tak hanya itu, Smalane juga mempraktekkan pembuatan produk yang berbahan dasar dari barang yang tak terpakai ataupun dari sampah, yang sering disebut oleh masyarakat sebagai kegiatan recycle. Barang-barang recycle tersebut, tak hanya digunakan sebagai penilaian pelajaran lingkungan hidup ataupun hiasan-hiasan untuk memperindah kelas. Tetapi juga, beberapa dari produk tersebut dijual agar mendapat suatu keuntungan. Sehingga, barang tersebut memiliki nilai jual. Yang kedua, yakni, pembangunan rumah jamur yang ditempatkan di Bak Pasir Smala. Pembuatan rumah jamur ini, dinilai sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan profit bagi sekolah. Dan juga, jamur yang sudah masak, dapat dinikmati oleh seluruh warga sekolah. Kegiatan yang terakhir, yakni, lomba kebersihan kelas. Terdapat dua kategori dalam perlombaan ini yaitu, kelas terbersih dan kelas terkotor. Sebelum setiap kelas dinilai oleh para juri. Smalane melakukan kerja bakti untuk membersihkan kelas masing-masing pada hari Jumat (15/02) di jam pelajaran ke-1 dan ke-2. Setelah itu, juri akan masuk ke kelas-kelas dan melakukan penilaian. Setelah proses penilaian, kelas XII-IPA 3 keluar sebagai juara pertama dalam kategori kelas terbersih dan kelas XI-IPA 2 keluar sebagai juara pertama dalam kategori kelas terkotor. Hasil dari perlombaan ini akan terus berubah setiap bulannya. Karena, setiap kelas akan dipantau lagi kebersihannya. Sehingga, dapat memunculkan juara-juara baru setiap bulannya.
Namun, terdapat salah satu program yang juga dapat berperan dalam pelestarian lingkungan yakni, Galonisasi
yang diadakan Smala dengan menggandeng SS Greenish untuk pengaplikasiannya. Dan
program ini, bertujuan untuk penghematan air. Akan tetapi, program ini sudah
tidak diberlakukan kembali. Padahal, penghematan air juga mengambil andil dalam
pelestarian lingkungan. Pernyataan ini juga disampaikan oleh salah satu anggota
Greenish, Hudiya X-8, “Galonisasi itu sudah
ada dari dulu. Tetapi, karena adanya miss
com antara kakak kelas 11 dan kelas 12 (anggota Greenish), program
galonisasi berhenti. Selain itu, para siswa di kelas yang nggak mau membeli dan mengembalikan galon yang sudah habis, juga
menjadi masalah utama program ini. Intinya
galonisasi itu, program yang bagus. Tapi, pengaplikasiannya yang kurang.” Jelasnya
Terpilihnya Smala sebagai salah
satu perwakilan Surabaya dalam perwakilan lomba Sekolah Adiwiyata, merupakan
kabar yang membuka mata dan pikiran Smalane mengenai pentingnya pelestarian
lingkungan. Sehingga, terciptanya keseimbangan alam atau lingkungan dengan pola
pikir manusia melalui pendidikan.(ddy)