Pernah mendengar
mengenai Kelas Intensif jerman? Ya, kelas intensif bahasa Jerman yang
sudah berdiri sejak tahun 2009 ini diadakan karena
SMAN 5 Surabaya merupakan salah satu dari
tiga sekolah menengah atas di Jawa Timur yang mendapatkan predikat partner schüle atau
sister school dengan Goethe Institute(Jerman).
Smalane yang memilih kelas
bahasa Jerman dapat mengikuti kelas intensif ini secara cuma-cuma. Pada awalnya, animo dari Smalane sangat luar biasa. Namun, lambat laun kelas
ini mulai sepi peminat. Hal ini pula
yang diungkapkan oleh Bapak Feri Kuswanto, yang akrab dipanggil Herr Feri selaku pembimbing
kelas intensif bahasa Jerman.
Proses pembelajaran di kelas intensif Bahasa Jerman oleh Herr Feri (ayr)
“Awalnya memang banyak yang berminat terutama
karena sertifikat dan beasiswa ke Jerman, tapi karena suatu hal ya mungkin
mereka jadi tidak bisa mengikuti kelas ini lagi,” ujar pria berusia 25 tahun ini. “Banyak siswa yang mengikuti les, ekstrakurikuler,
dan kepanitiaan yang mungkin lebih
diprioritaskan dibanding kelas intensif
ini,” lanjutnya.
Ya, kesibukan siswa baik kesibukan internal
maupun eksternal adalah faktor yang
membuat jumlah siswa kelas intensif bahasa Jerman mulai gugur satu
persatu. Padahal, kelas yang dilaksanakan pada hari Senin sampai Jumat ini mengajarkan materi yang lebih express serta menggunakan metode
pembelajaran yang lebih menarik dibandingkan metode pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan oleh Raden Dicky Johar Pribadi, salah satu siswa yang masih rutin mengikuti kelas intensif bahasa Jerman. “Metode pembelajarannya jauh lebih menarik, kita nggak cuma diajari teori tapi juga ada games, speaking, dan listening. Jadi kerasa lebih fun
daripada di kelas,” ujar siswa kelas X-1
ini. Meskipun jumlah siswa yang hadir
tidak menentu, SMAN 5
Surabaya selalu mampu mengirimkan 3 siswa-siswinya berangkat ke Jerman
setiap tahunnya.
Bila dilihat dari segi output, kelas intensif bahasa Jerman ini
sangat bermanfaat bagi sekolah maupun siswa. Pihak sekolah mendapatkan
keuntungan yaitu bertahannya predikat partner schüle, sedangkan siswa mendapat tambahan pelajaran dan sertifikat bila mengikuti ujian akhir bahasa
Jerman yang diadakan langsung oleh Goethe Institute. Fadhila Nur Fajri, seorang siswa kelas XI Akselerasi mengaku bahwa tujuan utama mengikuti kelas intensif Jerman adalah untuk mendapatkan tambahan
pelajaran, bukan hanya mengejar sertifikat dan beasiswa ke Jerman. “Ya aku
merasa butuh aja, soalnya kalau cuma ikut pelajaran di
kelas takut nggak bisa. Jadi nyoba ikutin intensif bahasa Jerman,” paparnya.
Menurunnya minat Smalane inilah yang
dikhawatirkan oleh guru-guru pembimbing kelas intensif bahasa Jerman. Karena jika jumlah peminat kelas intensif ini semakin menurun setiap tahunnya, maka predikat partner
schüle akan dicabut oleh Goethe Institute. Jadi, Smalane yang telah berhenti mengikuti kelas intensif bahasa Jerman, berminat untuk kembali? (miw/acr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar