Sabtu, 19 Mei 2012

Smart Smalane, Who's Not?

Pintar, cerdas, intelektual... Berbagai istilah tersebut selalu identik dengan yang namanya anak olimpiade matematika, ilmuwan, politikus, ahli pidato, dan semacamnya. Seperti yang kita tahu, di zaman sekarang, generasi muda dituntut untuk menjadi siswa yang pintar di sekolah. Sayangnya, ‘kategori pintar’ di sekolah-sekolah kini hanya difokus utamakan pada kemampuan akademik. Masyarakat juga mengartikan ‘pintar’ sebagai ‘ahli di bidang ilmu pengetahuan’.
Buktinya, jika disuruh menyebutkan tokoh yang ‘cerdas tingkat dewa’, kebanyakan orang akan menyebutkan nama Albert Einstein, James Watt, atau Thomas Alva Edison. Mereka semua memang manusia hebat, namun perlu kita ketahui bahwa orang seperti Michael Jackson juga bisa dikatakan ‘cerdas tingkat dewa’ karena mahakaryanya di bidang musik dan tari. Tak ketinggalan juga Jackie Chan si aktor legenda genre action yang ahli bela diri dan humoris. Itu berarti, kategori pintar tidak hanya patut disematkan pada para ilmuwan, namun juga orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing dan memberikan sumbangsih tak hanya bagi dunia namun juga orang-orang di sekitarnya.  Toh, jika ditelaah lagi, zona kecerdasan manusia tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan. Masih ada kemampuan seni, kemampuan olah raga, kemampuan berorganisasi, kemampuan mengendalikan diri, dan sebagainya.
Lalu, bagaimana jika ternyata kemampuan kita ada di luar bidang pelajaran? Smala sudah berusaha memfasilitasi siswa-siswinya yang memiliki bakat non-akademik, namun sayangnya masih belum optimal karena minimnya dana. Bagaimana cara menyikapinya? Amirul Hadi Wibowo dari kelas X-3 memiliki pendapatnya sendiri. “Sekolah-sekolah sekarang memang standar akademiknya bagus, tapi sayangnya bidang non-akademik kayak dipandang sebelah mata. Kalaupun kita punya bakat non-akademik di luar pelajaran sekolah, kita juga harus usaha sendiri karena cara menyalurkannya di sekolah masih kurang. Mau ikut lomba-lomba di luar sekolah, ya, ngurus sendiri,” tutur Amirul. “Memang yang namanya manusia pasti pingin pintar, ya. Kadang aku juga mau dikasih otak yang pintar kayak anak-anak olimpiade. Tapi kalau aku pintar di ilmu eksakta, tapi nggak bisa apa-apa di musik, pasti rasanya hampa juga soalnya jiwaku sudah di musik,” tuturnya. Buktinya, meskipun sekolah terpusat pada pengembangan bidang akademik, Amirul berhasil menyalurkan bakat dan minatnya di bidang musik dengan menjadi personil band Three Trees dan tampil di Rendezvous 2012.
Selain Amirul, masih banyak Smalane lain yang berhasil mengembangkan bakat mereka tanpa melupakan belajar. Kita yang memiliki bakat non-akademik tidak perlu berkecil hati dan sudah sepatutnya mensyukuri kelebihan yang sudah Tuhan berikan pada kita. Jangan merasa bakat kita tersisihkan karena tuntutan standar akademik sekolah, namun jadikan motivasi untuk maju dan berusaha mengembangkannya. Meskipun fasilitas sekolah masih minim, tinggal bagaimana cara kita mengakalinya. Kita bisa mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah, tetap berlatih, dan mengikuti lomba-lomba di luar sekolah untuk membuktikan bahwa kita juga bisa berprestasi dengan keahlian masing-masing. Tak lupa juga, kita tetap mengimbanginya dengan rajin belajar agar tujuan utama kita sebagai pelajar tidak terabaikan. Kini kita sudah tahu, yang namanya pintar tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Masih banyak jalan menuju Roma, bukan?
So, guys... Masih minder? Merasa bakat kalian terabaikan? Nggak perlu lagi! Hanya kalian yang tahu kemampuan diri kalian, maka pelajari dan kembangkanlah. Jangan hanya terpaku dengan kemampuan akademik, karena Smala juga akan dengan senang hati menerima prestasi kalian di bidang non-akademik. Tuhan sudah menciptakan kita semua untuk menjadi pintar di bidang masing-masing.
"Don't be too discouraged. We don't have to try much to be special at something we're not because we are all amazing on our ways!" (dia/ram)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar