Pintar,
cerdas, intelektual... Berbagai istilah tersebut selalu identik dengan yang
namanya anak olimpiade matematika, ilmuwan, politikus, ahli pidato, dan
semacamnya. Seperti yang kita tahu, di zaman sekarang, generasi muda dituntut
untuk menjadi siswa yang pintar di sekolah. Sayangnya, ‘kategori pintar’ di
sekolah-sekolah kini hanya difokus utamakan pada kemampuan akademik. Masyarakat
juga mengartikan ‘pintar’ sebagai ‘ahli di bidang ilmu pengetahuan’.
Buktinya,
jika disuruh menyebutkan tokoh yang ‘cerdas tingkat dewa’, kebanyakan orang
akan menyebutkan nama Albert Einstein, James Watt, atau Thomas Alva Edison.
Mereka semua memang manusia hebat, namun perlu kita ketahui bahwa orang seperti
Michael Jackson juga bisa dikatakan ‘cerdas tingkat dewa’ karena mahakaryanya
di bidang musik dan tari. Tak ketinggalan juga Jackie Chan si aktor legenda
genre action yang ahli bela diri dan humoris.
Itu berarti, kategori pintar tidak hanya patut disematkan pada para ilmuwan,
namun juga orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing dan memberikan
sumbangsih tak hanya bagi dunia namun juga orang-orang di sekitarnya. Toh, jika ditelaah lagi, zona
kecerdasan manusia tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan. Masih ada kemampuan
seni, kemampuan olah raga, kemampuan berorganisasi, kemampuan mengendalikan
diri, dan sebagainya.
Lalu,
bagaimana jika ternyata kemampuan kita ada di luar bidang pelajaran? Smala
sudah berusaha memfasilitasi siswa-siswinya yang memiliki bakat non-akademik,
namun sayangnya masih belum optimal karena minimnya dana. Bagaimana cara
menyikapinya? Amirul Hadi Wibowo dari kelas X-3 memiliki pendapatnya sendiri.
“Sekolah-sekolah sekarang memang standar akademiknya bagus, tapi sayangnya
bidang non-akademik kayak dipandang sebelah mata. Kalaupun
kita punya bakat non-akademik di luar pelajaran sekolah, kita juga harus usaha
sendiri karena cara menyalurkannya di sekolah masih kurang. Mau ikut
lomba-lomba di luar sekolah, ya, ngurus sendiri,” tutur Amirul. “Memang yang
namanya manusia pasti pingin pintar, ya. Kadang aku juga mau
dikasih otak yang pintar kayak anak-anak olimpiade. Tapi kalau aku
pintar di ilmu eksakta, tapi nggak bisa apa-apa di musik, pasti rasanya
hampa juga soalnya jiwaku sudah di musik,” tuturnya. Buktinya, meskipun sekolah
terpusat pada pengembangan bidang akademik, Amirul berhasil menyalurkan bakat
dan minatnya di bidang musik dengan menjadi personil band Three Trees dan
tampil di Rendezvous 2012.
Selain
Amirul, masih banyak Smalane lain yang berhasil mengembangkan bakat mereka
tanpa melupakan belajar. Kita yang memiliki bakat non-akademik tidak perlu
berkecil hati dan sudah sepatutnya mensyukuri kelebihan yang sudah Tuhan
berikan pada kita. Jangan merasa bakat kita tersisihkan karena tuntutan standar
akademik sekolah, namun jadikan motivasi untuk maju dan berusaha
mengembangkannya. Meskipun fasilitas sekolah masih minim, tinggal bagaimana cara
kita mengakalinya. Kita bisa mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang
diadakan sekolah, tetap berlatih, dan mengikuti lomba-lomba di luar sekolah
untuk membuktikan bahwa kita juga bisa berprestasi dengan keahlian
masing-masing. Tak lupa juga, kita tetap mengimbanginya dengan rajin belajar
agar tujuan utama kita sebagai pelajar tidak terabaikan. Kini kita sudah tahu,
yang namanya pintar tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Masih banyak
jalan menuju Roma, bukan?
So,
guys... Masih minder? Merasa bakat kalian terabaikan? Nggak perlu lagi! Hanya kalian yang tahu
kemampuan diri kalian, maka pelajari dan kembangkanlah. Jangan hanya terpaku
dengan kemampuan akademik, karena Smala juga akan dengan senang hati menerima
prestasi kalian di bidang non-akademik. Tuhan sudah menciptakan kita semua
untuk menjadi pintar di bidang masing-masing.
"Don't be too discouraged. We don't have to try much to be special at something we're not because we are all amazing on our ways!" (dia/ram)
"Don't be too discouraged. We don't have to try much to be special at something we're not because we are all amazing on our ways!" (dia/ram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar