Gaya berpakaiannya modis, agak tak lazim
untuk ukuran seorang guru lelaki. Istilah dalam bahasa Inggris dengan logat
yang fasih sesekali dipakainya saat mengajar. Meskipun begitu, tak jarang ia
bersenda gurau dengan muridnya menggunakan bahasa sehari-hari, menunjukkan
keakrabannya dengan murid yang diajarnya. Begitulah Pak Pur biasa dikenal, guru
matematika yang dengan kepandaian dan kepiawaiannya dalam mengajar mampu
membuat banyak Smalane lebih cepat memahami angka dan ilmu hitung dengan cara
mengajar yang berbeda dengan guru kebanyakan.
SUMRINGAH : Pak Purwito saat diwawancarai (als)
Dua tahun mengajar di Filipina ternyata
membuat beliau belajar banyak hal, terutama tentang sistem yang disebutnya
‘demokrasi mengajar’. Demokrasi mengajar adalah sistem dimana guru memberi
murid kebebasan untuk menyelesaikan suatu soal atau permasalahan dengan cara si
murid itu sendiri. “Kan kadang ada guru yang mengharuskan murid untuk memakai
cara yang sama dengan guru itu saat mengerjakan soal, kalau saya nggak begitu,”
kata Pak Pur.
Menurut beliau, inti dari mengajar
sebenarnya adalah proses mentransfer ilmu, dimana guru berperan sebagai alat
penstransfer ilmu yang kemudian ilmu itu bisa bermanfaat bagi murid yang
menerimanya. Tapi bagi Pak Pur, di dalam sistem pendidikan, sekedar mengajar
saja ternyata tak cukup. “Untuk menghadapi dan memahami seorang murid, seorang
guru harus memosisikan dirinya setara dengan murid tersebut. Ada kalanya guru
menjadi teman, kakak, bahkan orang tua bagi murid. Tapi batasan etika antar
guru dan murid tetap harus ada,”
Suka duka selama 22 tahun mengajar di SMAN
5 sudah kenyang dirasakannya. Salah satu pengalaman manis sekaligus menggelikan
ia alami saat ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu. Saking sayangnya dengan
Pak Pur, anak-anak kelas X-3 berencana membuat kejutan untuk beliau. Mereka
kompak mengosongkan kelas saat Pak Pur mengajar dan baru masuk bersama-sama
sambil membawakan Pak Pur pangsit favoritnya saat beliau sudah masuk kelas dan
menyanyikan lagu Happy Birthday. Apa daya, rencana tinggal rencana. Pak Pur
terlanjur tersinggung lalu mengunci kelas sehingga anak-anak yang di luar tidak
bisa masuk. Begitu bel berbunyi, anak-anak yang sudah terlanjur cemas dengan
reaksi Pak Pur ternyata disambut dengan wajah beliau yang cerah ceria sambil
mengucapkan terima kasih saat pintu dibuka.
“Itu sebenarnya bentuk penghargaan
dari murid-murid, ya itu saya syukuri. Cuma caranya saja yang kurang tepat.
Kadang anak SMA itu melihat sesuatu yang seru lalu ingin dicoba, tapi yang
dihadapi adalah guru. Nah yang seperti itu kan tidak pas,” katanya setengah
gemas setengah geli saat ditanya mengenai insiden kejutan ulang tahun untuk
beliau yang disiapkan kelas X-3.
Menjadi guru yang difavoritkan banyak
siswa, apa resep Pak Pur dalam mengajar agar murid-muridnya cepat paham dengan
apa yang ia ajarkan? “Hanya satu. Mengajar dengan hati,” pungkasnya mantap
sembari menutup perbincangan kami siang itu. (cay)
Wali kelaskuuu :3
BalasHapusSaya lulus tahun 94 dan sempat diajar oleh pak pur.
BalasHapusBoleh saya minta nomer HP atau alamat pur.
Terima kasih sebelumnya.
Andri Sulaksono.,dr., S.Si.T