Jumat, 18 Mei 2012

Dengan Hati ala Purwito Subekti

                Gaya berpakaiannya modis, agak tak lazim untuk ukuran seorang guru lelaki. Istilah dalam bahasa Inggris dengan logat yang fasih sesekali dipakainya saat mengajar. Meskipun begitu, tak jarang ia bersenda gurau dengan muridnya menggunakan bahasa sehari-hari, menunjukkan keakrabannya dengan murid yang diajarnya. Begitulah Pak Pur biasa dikenal, guru matematika yang dengan kepandaian dan kepiawaiannya dalam mengajar mampu membuat banyak Smalane lebih cepat memahami angka dan ilmu hitung dengan cara mengajar yang berbeda dengan guru kebanyakan.

SUMRINGAH : Pak Purwito saat diwawancarai (als)
                                                     
Dua tahun mengajar di Filipina ternyata membuat beliau belajar banyak hal, terutama tentang sistem yang disebutnya ‘demokrasi mengajar’. Demokrasi mengajar adalah sistem dimana guru memberi murid kebebasan untuk menyelesaikan suatu soal atau permasalahan dengan cara si murid itu sendiri. “Kan kadang ada guru yang mengharuskan murid untuk memakai cara yang sama dengan guru itu saat mengerjakan soal, kalau saya nggak begitu,” kata Pak Pur.
Menurut beliau, inti dari mengajar sebenarnya adalah proses mentransfer ilmu, dimana guru berperan sebagai alat penstransfer ilmu yang kemudian ilmu itu bisa bermanfaat bagi murid yang menerimanya. Tapi bagi Pak Pur, di dalam sistem pendidikan, sekedar mengajar saja ternyata tak cukup. “Untuk menghadapi dan memahami seorang murid, seorang guru harus memosisikan dirinya setara dengan murid tersebut. Ada kalanya guru menjadi teman, kakak, bahkan orang tua bagi murid. Tapi batasan etika antar guru dan murid tetap harus ada,”
Suka duka selama 22 tahun mengajar di SMAN 5 sudah kenyang dirasakannya. Salah satu pengalaman manis sekaligus menggelikan ia alami saat ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu. Saking sayangnya dengan Pak Pur, anak-anak kelas X-3 berencana membuat kejutan untuk beliau. Mereka kompak mengosongkan kelas saat Pak Pur mengajar dan baru masuk bersama-sama sambil membawakan Pak Pur pangsit favoritnya saat beliau sudah masuk kelas dan menyanyikan lagu Happy Birthday. Apa daya, rencana tinggal rencana. Pak Pur terlanjur tersinggung lalu mengunci kelas sehingga anak-anak yang di luar tidak bisa masuk. Begitu bel berbunyi, anak-anak yang sudah terlanjur cemas dengan reaksi Pak Pur ternyata disambut dengan wajah beliau yang cerah ceria sambil mengucapkan terima kasih saat pintu dibuka. 
 “Itu sebenarnya bentuk penghargaan dari murid-murid, ya itu saya syukuri. Cuma caranya saja yang kurang tepat. Kadang anak SMA itu melihat sesuatu yang seru lalu ingin dicoba, tapi yang dihadapi adalah guru. Nah yang seperti itu kan tidak pas,” katanya setengah gemas setengah geli saat ditanya mengenai insiden kejutan ulang tahun untuk beliau yang disiapkan kelas X-3.
Menjadi guru yang difavoritkan banyak siswa, apa resep Pak Pur dalam mengajar agar murid-muridnya cepat paham dengan apa yang ia ajarkan? “Hanya satu. Mengajar dengan hati,” pungkasnya mantap sembari menutup perbincangan kami siang itu. (cay)

2 komentar:

  1. Wali kelaskuuu :3

    BalasHapus
  2. Saya lulus tahun 94 dan sempat diajar oleh pak pur.
    Boleh saya minta nomer HP atau alamat pur.
    Terima kasih sebelumnya.

    Andri Sulaksono.,dr., S.Si.T

    BalasHapus