Kenong, bonang penerus, bonang
barung, kempyang, dan kethuk. Ya, itulah seperangkat alat musik asli Indonesia
yang digunakan untuk karawitan. Beberapa dari kita mungkin pernah mendengar
nada-nada khas musik karawitan di hari Sabtu atau sepulang sekolah. Siapa lagi
yang pandai memainkan alat musik ini di Smala kalau bukan Smalane yang
tergabung dalam SS Karawitan? Nah, simak hasil perbincangan kami dengan ketua
SS Karawitan, Bianda XI IS, agar kita dapat lebih mengenal SS hebat yang telah
membantu melestarikan budaya Indonesia ini.
Bianda saat diwawancarai di depan kelasnya, XI IS (tir)
SS
Karawitan sudah ada dan berkembang di Smala sejak lama. Dulu jumlah anggota SS
ini bisa dibilang sedikit karena antusiasme Smalane tidak terlalu besar. “Aku
dulu ikut ini gara-gara waktu itu di-halo-halo-in sama masnya,” ujar
Bianda saat ditanya soal niat awalnya berpartisipasi di SS ini. Walaupun
mempunyai jumlah anggota yang sedikit, SS ini tetap rajin dan tekun latihan.
Bersyukur, tahun ini jumlah anggota meningkat, apalagi semangat dari para
anggota baru juga sangat besar karena merekalah yang selalu meminta agar
latihan lebih rutin.
Salah satu keuntungan yang diperoleh dari jumlah anggota yang sedikit di
tahun-tahun yang lalu, SS ini tidak perlu mengadakan iuran! Wah, kenapa bisa
begitu ya? “Anggotanya kan sedikit, jadi pengeluaran tidak terlalu besar. Dulu sempet
ada iuran, tapi kebanyakan. Akhirnya iuran yang dulu itu bisa digunakan sampai
sekarang," jawab Bianda.
Ketua SS
beranggotakan 30 Smalane ini mengungkapkan keinginannya untuk menarik minat
Smalane lainnya terhadap SS yang dinaunginya. Ia dan anggota SS Karawitan
lainnya berusaha menarik animo Smalane melalui demo SS yang diadakan saat S2LC
dan Perisai. Jika ada demo SS, Bianda dan kawan-kawan memaksimalkan jadwal
latihan mereka yang mulanya hanya hari Sabtu menjadi setiap hari sepulang
sekolah. Pak Puguh, pelatih SS Karawitan yang juga merupakan seorang guru SD
terkadang tak bisa hadir dan akibatnya anggota SS Karawitan harus berlatih
sendiri. Tapi menurut Bianda, hal itulah yang menjadi nilai istimewa dari SS
Karawitan ini, selain tentunya Pendopo pribadi milik mereka yang dibangun oleh
Pemprov Jawa Timur.
Pendopo
Karawitan yang dibangun oleh Pemprov Jawa Timur dan telah diresmikan
pada 6 Maret 2012 oleh wakil walikota Surabaya, Bapak Bambang D. H. (tir)
Kuantitas memang penting, tapi kualitas juga tak kalah
penting. Begitulah harapan Bianda terhadap SS Karawitan di tahun-tahun
mendatang, tetap aktif dengan jumlah anggota yang semakin banyak, namun juga
tak melupakan kualitas. Menurutnya, masih banyak anggota kelas 10 yang belum
mampu bermain musik dengan hati. Padahal, karawitan memerlukan kepekaan dan
tingkat fokus yang tinggi. Seorang pemain kenong harus bermain dengan pemain
bonang penerus, bonang barung, kempyang, dan kethuk. Jadi pada intinya, tak ada
yang namanya bermain sendiri dalam karawitan. Semua harus bermain
bersama agar menciptakan alunan musik yang indah, dan bukannya asal-asalan.
(nlv/ars)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar