Selasa, 08 Mei 2012

Pakai Hati, Tak Pernah Sendiri


Kenong, bonang penerus, bonang barung, kempyang, dan kethuk. Ya, itulah seperangkat alat musik asli Indonesia yang digunakan untuk karawitan. Beberapa dari kita mungkin pernah mendengar nada-nada khas musik karawitan di hari Sabtu atau sepulang sekolah. Siapa lagi yang pandai memainkan alat musik ini di Smala kalau bukan Smalane yang tergabung dalam SS Karawitan? Nah, simak hasil perbincangan kami dengan ketua SS Karawitan, Bianda XI IS, agar kita dapat lebih mengenal SS hebat yang telah membantu melestarikan budaya Indonesia ini.

Bianda saat diwawancarai di depan kelasnya, XI IS (tir)

SS Karawitan sudah ada dan berkembang di Smala sejak lama. Dulu jumlah anggota SS ini bisa dibilang sedikit karena antusiasme Smalane tidak terlalu besar. “Aku dulu ikut ini gara-gara waktu itu di-halo-halo-in sama masnya,” ujar Bianda saat ditanya soal niat awalnya berpartisipasi di SS ini. Walaupun mempunyai jumlah anggota yang sedikit, SS ini tetap rajin dan tekun latihan. Bersyukur, tahun ini jumlah anggota meningkat, apalagi semangat dari para anggota baru juga sangat besar karena merekalah yang selalu meminta agar latihan lebih rutin.
            Salah satu keuntungan yang diperoleh dari jumlah anggota yang sedikit di tahun-tahun yang lalu, SS ini tidak perlu mengadakan iuran! Wah, kenapa bisa begitu ya? “Anggotanya kan sedikit, jadi pengeluaran tidak terlalu besar. Dulu sempet ada iuran, tapi kebanyakan. Akhirnya iuran yang dulu itu bisa digunakan sampai sekarang," jawab Bianda.
Ketua SS beranggotakan 30 Smalane ini mengungkapkan keinginannya untuk menarik minat Smalane lainnya terhadap SS yang dinaunginya. Ia dan anggota SS Karawitan lainnya berusaha menarik animo Smalane melalui demo SS yang diadakan saat S2LC dan Perisai. Jika ada demo SS, Bianda dan kawan-kawan memaksimalkan jadwal latihan mereka yang mulanya hanya hari Sabtu menjadi setiap hari sepulang sekolah. Pak Puguh, pelatih SS Karawitan yang juga merupakan seorang guru SD terkadang tak bisa hadir dan akibatnya anggota SS Karawitan harus berlatih sendiri. Tapi menurut Bianda, hal itulah yang menjadi nilai istimewa dari SS Karawitan ini, selain tentunya Pendopo pribadi milik mereka yang dibangun oleh Pemprov Jawa Timur.

 Pendopo Karawitan yang dibangun oleh Pemprov Jawa Timur dan telah diresmikan pada 6 Maret 2012 oleh wakil walikota Surabaya, Bapak Bambang D. H. (tir)

Kuantitas memang penting, tapi kualitas juga tak kalah penting. Begitulah harapan Bianda terhadap SS Karawitan di tahun-tahun mendatang, tetap aktif dengan jumlah anggota yang semakin banyak, namun juga tak melupakan kualitas. Menurutnya, masih banyak anggota kelas 10 yang belum mampu bermain musik dengan hati. Padahal, karawitan memerlukan kepekaan dan tingkat fokus yang tinggi. Seorang pemain kenong harus bermain dengan pemain bonang penerus, bonang barung, kempyang, dan kethuk. Jadi pada intinya, tak ada yang namanya bermain sendiri dalam karawitan. Semua harus bermain bersama agar menciptakan alunan musik yang indah, dan bukannya asal-asalan. (nlv/ars)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar