Siapkah kalian menjadi pemimpin bangsa? (ela) |
“Kalian adalah
pemimpin bangsa! Kalian adalah pemimpin peradaban!”
Tak asing
dengan kalimat ini? Ya, kita sendiri sudah acap kali mendengarnya di lingkup Smala.
Tak hanya sebatas di Perisai, namun juga dalam keseharian kita. Guru, kakak
kelas, sesama teman, berbagai elemen Smala selalu mengingatkan kita akan hal
ini. Bahkan Kita benar-benar diberi pemahaman agar kelak tak hanya menjadi pemimpin
bangsa namun juga menjadi pemimpin peradaban.
Lantas, seperti
apa sih pribadi pemimpin bangsa? Sebenarnya, tidak ada penggambaran khusus dan
pasti tentang itu, tapi beruntung dari awal kita sudah mengetahuinya. Smalane,
masih ingat ‘lagu kebangsaan’ kita?
Kami pemimpin bangsa tak kenal kata menyerah
Walaupun lelah, letih melanda
Badan ditegakkan, lihat lurus ke depan
Dengan semangat baja
Jangan hiraukan tipu daya kemalasan
Pikiran jernih, hatipun suci
Dengan petunjuk Tuhan yang Maha Pengasih
Meraih terus... Prestasi! Prestasi!
Sebagai
Smalane, tentu kita sudah akrab sekali dengan lagu yang satu ini. Tak hanya
sering mendengarkan, bahkan kita sendiri juga sering menyanyikannya,
sebagaimana kita menyanyikan Mars Smalane. Lagu ini lah yang membakar semangat
kita untuk maju. Maka dari itu, mari kita telaah makna lagu KPB...
Jika kita
telaah, sudah jelas dituturkan bahwa pemimpin bangsa itu tak kenal yang namanya
pesimis dan putus asa. Pemimpin bangsa tetap berusaha dan selalu optimis. Pemimpin
bangsa harus bisa mendisiplinkan diri agar tidak berhenti berusaha dan terlena
karena kemudahan. Pemimpin bangsa percaya dengan kuasa Tuhan yang Maha Esa.
Dan... pemimpin bangsa terus meraih prestasi. Selain itu, masih banyak lagi pribadi
pemimpin bangsa dalam lagu ini yang tak bisa dituliskan satu-persatu.
Selain makna-makna
tadi, mari kita cari makna lain yang tersirat. Jika kita lihat lirik KPB, tidak
ada kata ‘aku’ melainkan ‘kami’. Di sini, kita diperingatkan bahwa kita
bersama-sama dengan yang lain, tidak sendirian. Smalane tak mungkin berdiri
sendiri tanpa saling bahu-membahu untuk menjadi pemimpin bangsa, sehingga
mengingatkan kita untuk menghindari sifat apatis. Kemudian, jika dilihat lagi,
di lirik KPB tidak ada kata ‘mungkin’ namun tidak ada juga kata ‘harus’. Di
sini kita tidak boleh ragu dalam jalan kita, namun kita juga tidak semerta-merta
dipaksakan atau ditekan untuk menjadi pemimpin bangsa. Sudah sepatutnya kita
mengetahui hak dan kewajiban kita sebagai generasi muda, yakni menjadi pemimpin
yang berguna dan membanggakan bangsa. Secara keseluruhan, lagu ini sudah
mencerminkan pribadi pemimpin bangsa yang diharapkan Smala.
Nah... Setelah
membahas lagu KPB, sekarang kita tanya pada para Smalane. Apakah para Smalane
benar-benar menangkap makna dalam lagu KPB? Apakah para Smalane sudah
menerapkan jiwa pemimpin peradaban? Atau malah merasa lagu ini tidak melekat
pada figur Smalane yang diharapkan menjadi pemimpin peradaban?
Bianda Retno, siswi
kelas XI-IS, memiliki pandangannya sendiri tentang lagu KPB. Lagu ini
dimaknainya sebagai semangat untuk tidak cepat menyerah. “Pemimpin kan tidak
boleh cepat menyerah. Jadi tiap aku capek, terus ndengerin lagu itu, bisa jadi
semangat lagi,” ujarnya. Selain itu, ia juga mengomentari notasi lagu KPB yang
sederhana dan unik. “KPB itu nadanya lucu,” celetuknya.
Lain Bianda,
lain lagi Priskila Kurniandini. Ia benar-benar menganggap lagu KPB ini lagu pembakar
semangat. “Lagu KPB itu keren dan maknanya dalem banget. Buat orang yang mengerti
maknanya pasti sangat meresapi dalam hati,” tuturnya. “Lagu KPB memang benar-benar motivasi Smalane untuk menjadi lebih baik. Apalagi
angkatan kita ini angkatan spesial. Angkatan kita sudah diharapkan untuk menjadi
pemimpin peradaban, dan lagu ini semakin memacu kita untuk mewujudkan
harapan-harapan besar Smala pada kita,” pungkas penghuni kelas X-3 ini
Terus...
Bagaimana tentang penerapannya?
“Para Smalane
tahu lagu KPB itu maknanya bagus tapi terkadang mereka kurang sadar. Andaikan semua
Smalane bisa menerapkan makna yang mereka dapat dari KPB, pasti luar biasa.
Kita kan juga ngerasain seluar biasa apa nyanyiin lagu KPB sendiri,” tutur
Rahma Aziza dari kelas XI IA-9, “Aku sendiri terkadang merasa kurang menerapkan
makna KPB saat semangatku down,”
“Lagu KPB itu
liriknya benar-benar mengena dan bisa bikin semangat dalam menjalankan
tugas-tugas sebagai Smalane,” ungkap Nabilah Hanifah Mukti, “Tapi emang susah
buat menjadi figur seideal gambaran di Lagu KPB,” tambah siswi kelas X-3 ini.
Wah... Ternyata
mereka sudah menyadari dalamnya makna lagu KPB dan berusaha menerapkannya dalam
figur Smalane. Merasa Smalane? Jangan sebatas menyanyikan lagu ini saja, tapi
resapi dan terapkan makna di dalamnya. Apakah kalian sudah berusaha
menerapkannya dalam pribadi masing-masing? Atau KPB ini hanya sekedar
formalitas sebagai Smalane? Hanya kalian yang tahu jawabannya. Semangat! (dia/ram)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar